Mgr. H. Leven, SVD Uskup Sunda Kecil yang berdomisili di Ende Flores menugasi Pastor Johanes Kersten, SVD melayani umat Katolik yang ada di Bali dan untuk itu pada tanggal 11 September 1935 Pastor Johanes Kersten, SVD tiba di Bali. Lalu menyewa sebuah gudang di Jalan Kepundung 2 sebagai kapela untuk pelayanan mula-mula untuk para serdadu KNIL dan kemudian juga terhadap umat.
Sekarang tempat itu dikenal sebagai Gereja Katolik St. Yoseph, Jalan Kepundung.karena pastor Kersten sakit maka tahun 1936 diganti oleh Pastor Simon Buis, SVD. Beliau membeli tanah kapela seharga 150 gulden dari pemiliknya yang bernama I Made Reguh.
Pada awalnya wilayah paroki St. Yoseph meliputi Kabupaten badung, Kotif Denpasar yang kemudian menjadi Kotamadya dan sekarang Kota Denpasar. Juga melayani stasi Tuban, Tanjung Benoa, Nusa Dua, umat diaspora Kabupaten Gianyar, Bangli, Karangasem, dan Klungkung. Uskup Denpasar Mgr. A Tjijsen, SVD pada tahun 1977 meminta kepada P. Servatius Subhaga, SVD agar di wilayah-wilayah diaspora mempunyai tempat ibadah dan melayani misa dari rumah ke rumah.
Umat diaspora makin bertambah maka status berubah menjadi stasi, meningkat menjadi quasi paroki dan menjadi paroki dan saat ini dilayani oleh pastor. Di Gianyar mulai tahun 1978, Amlapura mulai tahun 1984, Klungkung mulai tahun 1985. Paroki St. Yoseph pun dimekarkan menjadi Paroki St. Fransiskus Xaverius Kuta (1983), Paroki St. Petrus Monang Maning (1995), Paroki Roh Kudus Katerdral (1998).
Gereja di jalan Kepundung pada saat ini sudah tidak bisa menampung umatnya. Karena itu dibangun di lokasi LC Ubung “Griya Bhakti Pastoral (Pastoral Care) Paroki St. Yoseph Denpasar”. Di kompleks ini dibangun bangunan pastoral sebagai sentrum pembinaan keluarga, sentrum sekolah alkitab, sekolah doa. Juga dibangun bangunan untuk pembinaan iman umat yakni Gereja.
Berawal dari kebutuhan umat akan sebuah tempat yang memadai untuk pelayanan bhakti pastoral, yang disebut Griya Bhakti Pastoral Paroki St. Yoseph Denpasar. Griya ini terdiri dari sebuah Gereja, aula serbaguna,dan gedung sekretariat serta pastoran.
Memperhatikan Griya Bhakti Pastoral berada di Pulau Bali maka arsitek dalam merancang mengacu kepada Asta Kosala-Kosali Bali. Antara Lain dengan ide gagasan gunung Tuhan, beribadat identik dengan naik ke gunung Tuhan dan disapa oleh Tuhan melalui bahasa simbol iman Kristiani yang tertuang dalam kultur, seni budaya Bali. Trihita Kerana, Tri Mandala arah petangan, tangga-tangga ada pohon, air, bunga-bunga, menyatu dengan alam (udara segar). Karena tanah tak cukup luas, maka bangunan ditata mengacu pada desa, kota dan patra.
Simbol pokok di gunung Tuhan, kita diberi rahmat :
1. Air Hidup, Firman Hidup dan Roh Hidup
2. Kematian (Kubur pada tembok Altar) adalah awal ke hidu-
pan dan kebangkitan.
3. Dalam Gereja ada ibadat, korban dan perjamuan
4. Ada tempat untuk merayakan Sakramen, untuk doa, Devosi,
ibadat Gerejawi yang membangkitkan, benar-benar ibadat
inkulturatif dll.
Ide Pokok Gereja / Teologinya, Biblis, Filosofinya dari pastor paroki, lalu dituangkan dalam bentuk arsitektur dibantu oleh 6 Arsitek, kemudian disempurnakan dalam ide kultur arsitektur Bali
Sejarah Singkat Gereja Yesus Gembala Yang Baik
Memperhatikan Griya Bhakti Pastoral berada di Pulau Bali maka arsitek dalam merancang mengacu kepada Asta Kosala-Kosali Bali. Antara Lain dengan ide gagasan gunung Tuhan, beribadat identik dengan naik ke gunung Tuhan dan disapa oleh Tuhan melalui bahasa simbol iman Kristiani yang tertuang dalam kultur, seni budaya Bali. Trihita Kerana, Tri Mandala arah petangan, tangga-tangga ada pohon, air, bunga-bunga, menyatu dengan alam (udara segar). Karena tanah tak cukup luas, maka bangunan ditata mengacu pada desa, kota dan patra.
Simbol pokok di gunung Tuhan, kita diberi rahmat :
1. Air Hidup, Firman Hidup dan Roh Hidup
2. Kematian (Kubur pada tembok Altar) adalah awal ke hidu-
pan dan kebangkitan.
3. Dalam Gereja ada ibadat, korban dan perjamuan
4. Ada tempat untuk merayakan Sakramen, untuk doa, Devosi,
ibadat Gerejawi yang membangkitkan, benar-benar ibadat
inkulturatif dll.
Ide Pokok Gereja / Teologinya, Biblis, Filosofinya dari pastor paroki, lalu dituangkan dalam bentuk arsitektur dibantu oleh 6 Arsitek, kemudian disempurnakan dalam ide kultur arsitektur Bali
Lahirnya, bertumbuh dan berkembangnya benih Injil di Denpasar Bali, dalam wujud jemaat, dalam wadah Paroki-paroki, quasi paroki dan stasi, yang menjadi bagian gereja lokal, Keuskupan Denpasar dan bagian dari Gereja Kristus yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.
I. Gereja Kristus yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.
A. Persiapan Kelahiran Gereja.
1. Yesus, Sang Firman menjelma, Immanuel, mengemban misi Allah, Injil Allah :
Janji Allah : Yes 7:14b ; Sesungguhnya, seorang perawan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan ia menamakan Dia Immanuel.
Bdk. Mat 1:23, Luk 1 : 31, Yes 9 : 5-6 8:13
Kepenuhan janji Allah
- Kelahiran Yesus diberitakan (Luk 1:26-38)
- Kelahiran Yesus (Luk 2:1-7; Mat 1:18-25)
- Yesus tetap hidup dalam asuhan orang tuanya, makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia (Luk 2:51-52)
- Umur 30 tahun Yesus pamit dari Bunda Maria, dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, dengan kesaksian dari Surga. ”Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan” (Mat 3:13-17) Bdk. Kejadian 22.2; Mzm 2:7; Yes 42:1; Mat 12:8; 17:5; Luk 9:35)
Yesus dimuliaan digunung (Tabor)
”Inilah Anak yang Kukasihi, padaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat 17:5)
Bdk. 2Ptr 1:17-18 Kejadian 22:2 Ul 18:15 Mzm 2:7 Yes 42:1 Mat 3:17; 12:18 Mak 1:11 Luk 3:22
Yesus kepenuhan Nubuatan nabi Yesaya ; Luk 4:18-19
”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik (Injil) kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (bdk grasi, remisi kepada penjahat)
Dalam menyampaikan khabar baik (Injil) Yesus mewahyukan, menyampaikan dengan tandas agar orang menerima Dia adalah Sang Juru selamat (Almasih)
”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”. (Yoh 14:6)
.: Yesus menjadi (= dijadikan) nilai, norma yang mengarahkan gerak manusia menuju keselamatan (hidup kekal).
2. Yesus memilih dari antara murid-muridNya :
Yang disebutNya Rasul
- Luk 6:12-16 Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
- Diberi Kuasa untuk, mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan (Mat 10:1-4)
- Yang menyertai Yesus dan diutus memberitakan Injil, dan diberi kuasa untuk mengusir setan (Mak 3:13-19).
3. Perwahyuan Kelahiran Gereja (=Pernyataan Bapa kepada Petrus)
= Pengakuan Petrus (=Perwahyuan Bapa kepada Petrus) Mat 16:13-20
Mat 16:15-17 Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya yamg disebutNya Rasul. Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
= Pertimbangan dan Keputusan Yesus tentang Pendirian GEREJANYA (Jemaat Yesus Kristus).
Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga (Mat 16:18-19).
(Catatan (tafsir pribadi) Kunci kuasa magisterium dalam hal iman dan moral. Orang yang percaya kepada Gereja sebagai ”Guru”, pintu sorga terbuka, imannya menyelamatkan dia. Orang yang tak percaya pada Gereja sebagai guru, ia sendiri menutup pintu bagi dirinya sendiri. Ia menolak Yesus ; jalan, kebenaran, kepada hidup).
4. Dasar pendirian Gereja :
Yaitu kasih pribadi dari Petrus (atas nama rasul-rasul) bagi Yesus dan pengabdian kepada Yesus, kasih kepada Yesus dan sesama).
Yoh 21:15-19 Gembalakanlah domba-dombaKu.
Yesus bertanya kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku”.
(= orang beriman membutuhkan pewartaan pastoral, perlu bimbingan, perlindungan dan teguran).
Catatan : Gembala yang baik Yoh 10:1-21
Mzm 23
12 kwalitas gembala yang baik
1. baik, ideal, tak ada kekurangan, bermutu, dapat digugu, bernilai, bukan palsu.
2. memaafkan, sabar, memiliki hati kebapaan dan keibuan (fortiter in re, suaviter in moto).
3. pendoa, bicara dengan Allah lebih dari pada bicara tentang Allah.
4. melayani (Paus, Servus servorum).
5. siap dan berani berkorban, menderita, tak ada kasih sejati tanpa berkorban (Ibu Theresa)
(Sacrificium Sacrum = kudus
Facere = membuat)
6. hadir sebagai sahabat/teman.
7. kenal domba-domba / I know my own – ada personal relation.
8. berbelas kasih. Compassion (cumpatere) kepekaan terhadap kebutuhan domba-domba – hati yang terarah kepada domba-domba.
9. pemersatu, buat domba-domba kerasan dalam kebersamaannya (koinonia), satu kawanan domba.
10. hormat dan taat kepada pemilik domba-domba. i.e Yesus Kristus, GerejaNya.
11. memiliki skala prioritas, yang paling lemah dapat perhatian.
12. bekerja dengan hati, dengan antusias, penuh sukacita, dengan bersemangat, kerja didalam Tuhan, dalam Nama Yesus.
5. Amanat Yesus.
Perintah memberitakan Injil sebagai perwujudan tugas pengembalaan.
v Mat 28:18-20
a. Pergilah, jadikan segala bangsa muridKu.
Tafsir * penyelamatan universal (bukan partikularis)
* pewujudan rencana : koinonia
Satu kawanan domba satu gembala
Tubuh mistik
Mewujudkan keluarga Allah/ umat Allah (cfr perjanjian)
* kamu akan menjadi saksiKu : di Yerusalem, dan diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. Ras. 1:8b)
Tafsir : Yerusalem : Tempat yang membangkitkan trauma. Yesus ditolak, diadili, dibunuh secara keji dan hina, di salib, di makamkan tetapi juga bangkit.
Yudea : Tempat orang-orang kaya, ada hal-hal perdagangan dan lain-lain yang tidak ada hati untuk Yesus.
Samaria : Tempat hidup masyarakat ditandai synkritisme, campur baur segala unsur-unsur agama, budaya, suku – etnis. Iman kepercayaan tidak murni.
Ujung bumi : Kepada segala etnis, suku bangsa, bahasa, budaya, kultur dan lain-lain.
Murid Yesus : terpesona oleh Yesus, menjadi pengikut Yesus, yang menjadikan Yesus nilai dan norma yang mengarahkan dinamika hidupnya, mencapai hidup kekal. Yesus dilihat sebagai mutiara yang indah.
b. Baptislah mereka kedalam Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
- (Paulus; bukan lagi aku hidup, tetapi Kristus hidup dalam aku, Yoh. Pembaptis; Ia makin besar, aku makin hilang/kecil).
- Pintu masuk ke dalam Rahmat-rahmat yang lain (bdk. Teologia 7 sakramen).
c. Ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.
(Magisterium Gereja, kepada Sumber iman Alkitab; tradisi, Ajaran Gereja).
Melalui pelayanan (diakonia) : kerygma
Katakese
Karunia bahasa dari Roh Kudus, mengkomunikasi-kan Yesus (Injil)
Bangkitkan pengertian
Beri peneguhan (Poemenik)
Liturgia
Ipolesbudhankam dst..
v Markus 16:15b-18
(diutus memberitakan Injil, diperlengkapi dengan kuasa)
"Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum”
Tafsir : Yesus jadi hakim, pelaksanaan perjanjian ;
Di depan Yesus : yang percaya (menerima Yesus = jalan kebenaran kepada hidup); ia selamat, yang tidak percaya (menolak Yesus) akan dihukum (= menghukum dirinya) terpisah dari hidup itu sendiri (= kebangkitan) akan mati.
”Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh”
Tafsir : Perwujudan/ realisasi janji Yesus, GerejaNya diatas batukarang Petrus )= Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, Apostolik, dimana Petrus menjadi Primus inter pares, tak akan terkalahkan oleh kerajaan alam maut.
v Mat 28:20
- (Janji penyertaan Yesus sampai akhir jaman)
”Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”
- (janji pemberian Roh Kudus)
Yoh. 14:15-17 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.
v Yoh 17:1-26
Yesus selalu mendoakan JemaatNya.
Doa syafaat dari Yesus untuk semua orang percaya
Supaya jemaatNya dikuduskan dalam kebenaran.
Supaya mereka semua menjadi satu, tak dicerai-beraikan oleh kerajaan alam kegelapan.
B. Lahirnya Gereja Kristus.
1. Matias ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul, pengganti Yudas Iskariot.
Kis. Ras 1:15-26
”Rasul dan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus, ada sekitar seratus dua puluh orang banyaknya”
Pada doa yang diangkat dengan sehati, menjelang peristiwa Pentakosta, melalui membuang undi, maka terpilihlah Matias, ia ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul.
2. Kis. Ras 2:1-13 Gereja Kristus lahir.
Para rasul dipenuhi dengan Roh Kudus, mereka diperlengkapi dengan kuassa dari tempat tinggi, membuat mereka sanggup bersaksi untuk Kristus (bdk. Kis.Ras 1:8), menginsafkan orang akan dosa, kebenaran dan penghakiman Allah, sehingga mereka berbalik dari dosa kepada keselamatan dalam Kristus. Murid-murid dapat karunia bahasa Roh.
C. Perkembangan Gereja dari jaman para rasul sampai dengan sekarang : Gereja bagaikan bahtera mengarungi jaman. Gereja tak terkalahkan oleh kuasa kerajaan alam kegelapan.
Ekspansi mossioner Apostolik para rasul, gereja sangat berkembang.
Tetapi kemudian timbul kesulitan oleh agama Hukum Taurat, para rasul banyak kali dihadapkan ke Mahkamah Agama.
Pertobatan Saulus membuka lembaran baru dalam perkembangan gereja. Paulus menjadi rasul orang diluar Yahudi dan Petrus rasul dikalangan orang-orang Yahudi. Gereja Kristus berkembang sampai di Eropa dan Petrus pindah ke Roma.
Gereja kembali dapat hambatan, ujian. Timbul penganiyaan di Roma (jaman Nero), banyak umat menjadi martir. Kesaksian hidup para martir membuat Injil menjadi subur.
Setelah penganiyaan oleh Nero, Gereja mendapat, atau masuk ke jaman keemasan sekitar abad 4, waktu pemerintahan kaisar Konstantinus, pax Romana, ajaran Gereja menjadi konstitusi untuk negara. Hidup membiara subur, Eropa menjadi negara Kristen.
Tetapi kemudian timbul lagi ujian terhadap Gereja pada masa perang sabil, banyak wilayah kekristenan berubah menjadi wilayah di kuasai agama Islam. Terjadi banyak korban.
Sesudah perang sabil/ salib, dalam kehidupan Gereja lahir tokoh-tokoh, orang-orang yang sungguh-sungguh religius. Lahir serikat-serikat, ordo-ordo untuk mewartakan Injil, seperti misalnya ; St. Fransiscus Asisi, St. Dominikus dengan ordo Predikitores nya. St. Ignatius dari Loyola dengan ordo Jesuit (SJ) St. Fransiscus Xaverius.
Gereja selalu diserang oleh kerajaan kegelapan.
Ujian terhadap Gereja ; yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik muncul lagi sekitar abad 15 – 16.
Hadirnya Martin Luther, yang memiliki penganut amat banyak. Seorang imam yang amat pintar dan kritis. Luther menyerang Gereja, karena praktek-praktek dalam Gereja yang kurang baik, bertepatan dengan pendirian basilika St. Petrus di Roma, Gereja perlu banyak dana, ada skandal uang masuk dalam pelayanan pastoral Gereja, pelayanan Sakramen dan lain-lain.
Martin Luther mengajukan ± 95 alasan menyerang Gereja, Luther dengan ajaran a.l Sola Scriptura, Sola Gracia, Sola Fides dan lain-lain.
Banyak orang Katolik di Eropa kemudian beralih menjadi Kristen Protestan. Tekanan melawan reformasi Luther dihadapi oleh Gereja : Konsili Trente. Gereja Katolik mulai berbenah diri dan mencapai kemajuan.
Timbul lagi tekanan terhadap Gereja sekitar abad 18-19. Timbul gerakan klerikalisme, komunisme. Gereja menghadapi dengan Lonsili Vat.II. gereja diajak oleh St. Perawan Maria berdoa untuk pertobatan komunis (Maria di Fatima).
Gereja bisa lagi bangun dan berkembang, tetapi kini abad sekarang ini muncul tekanan terhadap Gereja akibat skandal seks oleh imam-imam. Gereja mendapat kritikan, serangan yang hebat melalui media massa, dunia maya dll. Gereja menghadapi dengan refleksi terhadap kehidupan imam-imam, tahun imam dan doa untuk imam.
Pendek kata : Gereja dalam mengemban misi Yesus Kristus selalu dapat serangan gencar dari kerajaan alam maut/ alam kegelapan. Tetapi Gereja tak terkalahkan. Dalam Gereja selalu hadir Yesus Kristus, hadir pesertaan Roh Kudus, Gereja diberi kuasa menghadapi kuasa-kuasa kegelapan, Gereja bagai bahtera mengarungi jaman.
II. Sejarah Gereja Kristen katolik di Denpasar – Bali.
(75 tahun benih Injil di tabur di Denpasar-Bali oleh misionaris SVD, Gereja Kristen Katolik, dengan kendala atau ujian-ujian yang dihadapinya).
A. Pra lahirnya jemaat/ Gereja Kristen katolik di Denpasar – Bali.
1. Perjalanan atau penjelajahan orang-orang Portugis, yang nota bene beragama Katolik ke dunia baru, untuk tujuan perdagangan, mencari rempah-rempah.
Dikatakan sekitar tahun 1635, ada kapal dagang Portugis dalam perjalanan ke Bima dari Malaka, singgah di Bali dengan maksud melihat-lihat perdagangan apa yang bisa dibuat dan perjalanannya sampai pula di Klungkung. Raja Klunglung terkesan dengan peri laku orang-orang Portugis yang beragama Katolik. Raja Klungkung lalu menulis surat untuk meningkatkan perdagangan dengan Portugis yang berpusat di Malaka.
(M. Muskens 1974 hal 345)
”Saya akan senang sekali, jika mulai sekarang kita bersahabat, dan orang Portugis datang ke pelabuhan ini (Klungkung/Bali) untuk berdagang. Ditanah saya terdapat bahan-bahan pakaian, budak, kayu cendana dan barang-barang lain. Sayapun akan merasa senang sekali, jika imam-imam datang kesini agar siapa saja yang menghendaki dapat pula memeluk agama Kristen”
Pada tanggal 11 Maret 1635, bersama kapal dagang Portugis Pater Manuel de Azevedo, SJ dan Pater Carvalho, SJ berangkat dari Malaka, singgah pula di Bali, 12 Desember 1635. Apa yang terjadi dengan kontrak perdagangan dan pewartaan Injil, tidak jelas. Dikatakan tahun 1638 Pater Manuel de Azevedo, SJ berada di Travancore, sedangkan dalam tahun 1639 Pater Carvalho, SJ berada di Ternate (Maluku) bukan di Bali.
Raja-raja di Bali, khususnya raja Klungkung ingin mengembangkan hubungan dagang dengan orang-orang Barat. Bulan September 1636 raja Klungkung merencanakan membuat hubungan dagang dengan pemerintah Belanda/ Kompeni yang berada di Betawi, inipun tidak jelas kelangsungannya.
2. Zending / Kristen Protestan ke Bali.
Berdasar sebuah brosur yang terbit 1846, ditulis oleh Dr. W.R. Baron van Hoevel yang berjudul Nederland in Bali yang berisi semacam ada kesempatan kepada masyarakat Belanda, khususnya Nederlands Bijbelgenootschap en het Nederlands Zendeling Genootschap, Bali sepertinya siap menerima pewartaan Injil.
Nederlands Bijbelgenootschap en het Nederlands Zendeling Genootschap menugaskan Dr. H. Neubronner van der Tuuk ke Bali. Ia seorang ahli bahasa. Tahun 1870 ia berpendapat untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Bali, Injil harus diterjemahkan kedalam bahasa Bali. Ia pulang kie Belanda untuk urusan kamus bahasa Kawi – Bali.
Berkenaan dengan brosur Nederland in Bali, persatuan Zending Utrcht menyiapkan tenaganya untuk ke Bali. Tahun 1866 Zending mengutus Jacob de Vroom dan R. van Eck ke Bali dan mereka tiggal di Jagaraga, ± 10 km dari Singaraja. Jacob de Vroom memusatkan perhatiannya pada penginjilan, R. van Eck memusatkan perhatiannya pada bahasa, hukum adat dan budaya Bali, serta menyusun kamus Bali – Belanda.
Dari pengalaman/ pengamatan R. van Eck, usaha Zendingnya tidak berhasil di Bali. Orang-orang Bali sudah kecukupan dalam budaya, seni, adat, agama, materi, mereka tak berminat pada agama Kristen. Tahun 1875 ia pulang ke Belanda dengan alasan kesehatan, Jacob de Vroom masih bertahan di Jagaraga.
Setelah 7 tahun kerja keras Zending di Bali, baru ada seorang Bali percaya pada Injil yang diwartakan oleh Zending yaitu : I Gusti Nyoman Karangasem. Ia dibaptis dengan nama Nikodemus. Setelah dibaptis I Gusti Nyoman Karangasem mendapat penganiyaan dari keluarga. Ia lari dari Singaraja ke Mengwi, imannya makin lemah (krisis iman) kemudian berubah menjadi membenci Jacob de Vroom.
I Gusti Nyoman Karangasem kemudian kembali ke Jagaraga tahun 1881 dan membunuh Jacob de Vroom bersama pelayan-pelayan de Vroom yang bernama Oedin dan I Klana, de Vroom dimakamkan di Singaraja. I Gusti Karangasem, Oedin dan I Klana ditangkap dan dibuang ke Betawi.
Dari peristiwa ini, Pemerintah Belanda melarang pekabaran Injil di Bali, demi ketenangan di Bali. Bali tetap beragama Hindu-Bali. Undang-undang kolonial dalam Staatblad Nederlandsch-Indische Staatregelin fasal; 123 diperketat dan diubah kedalam fasal 177.
Akibat undang-undang kolonial fasal 177 kaum pendeta diusir dari Bali.
Isi fasal 177 a.l
(1). Guru-guru agama, pendeta-pendeta, imam-imam harus mendapat ijin masuk, ijin istimewa dari atau atas nama Gubernur General untuk dapat tinggal ditempat tertentu di wilayah Hindia Belanda.
(2). Bila ijin masuk menyebabkan kerugian maka ijin itu dapat dicabut kembali oleh Gubenur General.
3. Jaman Vikaris Apostolik Betawi (1807 – 1913).
- Tahun 1906 Pater Fischer SJ berada di Klungkung dan di Badung, sebagai seorang imam tentara untuk pelayanan bagi para tentara Belanda.
- 11 Pebruari 1913 Kepulauan Sunda Kecil diserahkan kepada pelayanan Serikat Sabda Allah (SVD) kecuali p. Flores.
4. 16 September 1913 Vikaris Apostolik Betawi diserahkan kepada Prefektur Apostolik Musa Tenggara dan 12 Maret 1922 menjadi Vikaris Apostolik meliputi Sunda Kecil (Bali – Lombok – Sumbawa – Flores – Timor)
- 14 Mei 1915 Mgr. Petrus Noyen SVD pindah dari Lahurus (Timor) ke Ende.
Mulai sejak ini Sunda Kecil ada dibawah pelayanan SVD. Mgr. Petrus Noyen SVD memohon ijin agar dapat mengunjungi Bali 2 atau 3 kali setahun untuk melawati umat Katolik Eropa dan Melayu yang berdiam di Bali. Bulan Januari 1915 Mgr. Petrus Noyen dapat ijin.
- Kunjungan-kunjungan ke Bali dilaksanakan sejak 1915 – 1935
Tahun 1915 dan tahun 1917 beliau berkunjung ke Bali dan melanjutkan perjalanan ke Jawa menghadap pemerintah di Betawi.
Tahun 1931 dan tahun 1932 Pater Simon Buis SVD mengunjungi Bali – Lombok, juga pater Yan van der Heijden mengunjungi Bali – Lombok – Sumbawa.
- Tahun 1920 Mgr. Petrus Noyen SVD mengadakan audensi dengan Gubernur General di Betawi minta ijin pendirian sekolah di Bali – Klungkung dan kemudian menuju Roma. Tugas dilimpahkan kepada Pater de Lange.
Dalam salah satu suratnya (Mgr. P. Noyen SVD) membuat surat (= semacam nubuatan)
· Akan tiba waktunya misionaris-misionaris kita akan bisa bekerja di Bali. Hanya imam-imam yang sungguh-sungguh rendah hati, sabar, kudus dan terpelajar akan berhasil ditengah-tengah masyarakat di Bali.
· Selama 10 tahun pertama, karya misi tak dapat mengharapkan pertobatan. Tetapi bila waktunya tiba untuk mulai panenannya, orang-orang Kristen di Bali akan menjadi contoh umat beriman di Indonesia.
· Tuhan akan meminta korban. Tetapi dalam Roh saya mendapat bayangan Bali dimahkotai dengan gereja-gereja Katolik.
- 6 April 1921 Pater de Langememberi khabar kepada Pater General di Roma, ijin mendirikan sekolah di Gianyar/ Denpasar telah didapat (permohonan Mgr. P.Noyen SVD) dengan catatan : tidak untuk menambah jumlah bilangan umat Katolik di Bali. Tetapi SVD tak dapat mempergunakan kesempatan itu karena tidak ada tenaga untuk mendirikan sekolah. Tanggal 24 Pebruari 1932 Mgr. Petrus Noyen SVD meninggal di Eropa.
- 12 Maret 1922 Sunda Kecil dijadikan Vikariat Apostolik dan diangkat Pater Arnoldus Vestraelen, SVD menjadi Vikaris Apostolik. Beliau memperbaharui permohonan mendirikan sekolah di Gianyar/ Badung. Permohonan ditolak. Usaha-usaha untuk misi di Bali didiamkan. Tahun 1926 dan tahun 1927 Mgr. A. Vestraelen, SVD mengunjungi Bali.
5. Jaman Perkumpulan Zending Christian and Missionary Alliance (CMA).
Tahun 1929 CMA mendapat ijin kerja di Bali.
- Pegawai dari British and Foreign Bible Society (BFBS) bernama Mas Salam Watias dan Petrus Tukirin ke Bali dan tinggal di Singaraja.
Mereka menjual buku-buku rohani di Singaraja, Denpasar, Tabanan, Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem. Mas Salam melaporkan kerjanya kepada Mr. Tepson di Singaraja. Lalu Mr. Tepson meminta kepada Rev. A.Jafray agar berkenan ke Singaraja. Ia mengeluarkan seruan : barisan berani mati untuk Kristus pergi ke Bali untuk mengadakan penginjilan. Seruannya disambut oleh seorang mahasiswa Teologia bernama Tsang To Hang alias Tjang Kam Foek. Tahun 1929 ia menyelesaikan studinya dan bersama istrinya ia berangkat ke Indonesia. Mula-mula ia tinggal di Makasar lalu ke Lombok. Tahun 1931 ia ke Bali dan tinggal di Wangaya Denpasar. Ia mendapat ijin hanya menginjili orang-orang Tionghoa bukan orang-orang Bali (ingat fasal 177 UU Kolonial).
- Ada orang-orang Tionghoa yang mempunyai istri orang Bali, melalui istri-istri ini, Tsang To Hang membuat penginjilan ke desa-desa di Bali. Ia pergi ke Untal-Untal untuk bertemu dengan I Made Risin dan bertemu dengan seorang tukang sihir, Pan Lotiong. Melalui kedua orang ini Pendeta Tsang To Hang membuat penginjilan ke desa-desa di Bali.
11 Nopember 1931 ada pembaptisan di sungai Yeh Poh (Untal-Untal), termasuk yang dibaptis Pan Loting. Tanggal 12 Desember 1932 pembaptisan di desa Abian base.
Penginjilan Tsang To Hang yang berapi-api dan juga dengan pernyataan-pernyataannya yang kurang bijak, menyinggung masyarakat Bali dan agama Hindu Bali, melahirkan reaksi keras kepada pendeta Tsang To Hang dan juga umat Kristen Protestan, mereka dikucilkan dari desa, mendapat penganiyaan berat, tak dapat kuburan, dikeluarkan dari anggota subak, dikucilkan dari pergaulan di masyarakat, tak boleh belanja di pasar dan lain-lain, disebut dengan nama “sengsara gede”.
Tsang To Hang masih bisa bertahan, ia mengirim I Made Bronong dan I Wayan Diblug ke Makasar mengikuti kursus yang diadakan oleh CMA.
Pertikaian makin meruncing. Pemerintah turun tangan.
Agustus 1933 tuan R.A. Jaffay dapat teguran keras dan karya Zending dilarang.
Tahun 1935 : - Semua missionaris/ Zending harus ditarik dari Bali.
- Semua hubungan dengan Bali diputuskan.
- Pemuda-pemuda Bali yang sedang belajar di Makasar dipanggil pulang.
Dr. H. Kraemer mengusulkan kepada R.A. Jaffray agar orang-orang Kristen Bali tergabung dengan Gereja Kristen Jawa Timur dan menerima pimpinan Gereja Kristen Jawa Timur. Usulan ini ditolak oleh tuan R.A. Jaffray. Usaha-usaha Zending terpaksa dihentikan.
Umat Kristen Protestan di Bali berjumlah ± 200 orang kini tanpa gembala, lalu terpecah belah menjadi beberapa kelompok. Sebagian menunggu CMA ke Bali, sebagian mau bergabung dengan Kristen di Jawa Timur sebagian lagi ragu-ragu dan bimbang dan terbagi ke kelompok Tuka/ Bali Selatan dibawah pelayanan I Made Bronong dan kelompok Gumbrih/ Jembrana dibawah pelayanan I Wayan Diblug.
Kelompok-kelompok di Bali yang tergabung dengan Kristen Jawa Timur disatukan dengan nama Perserikatan orang-orang Kristen Bali. 2 kelompok pimpinan I Made Bronong dan I Wayan Diblug tetap berdiri sendiri, tidak mau bergabung dengan Perserikatan orang-orang Kristen Bali.
B. Lahirnya jemaat/ Gereja Kristen katolik di Denpasar – Bali.
1. 24 Nopember 1934 Pater Johanes Kersten SVD tiba di Flores lalu ditugasi oleh pimpinan Gereja di Flores & SVD untuk ke Bali, melayani orang-orang Katolik Eropa dan orang-orang Melayu yang ada di Denpasar – Bali.
11 September 1935 beliau tiba di Bali lewat Lombok diantar oleh Pater J. van der Heyden SVD dengan rambu-rambu UU Kolonial fasal 177.
Pater Johanes Kersten SVD : tidak boleh mengunjungi dan membuat hubungan dengan orang-orang Bali, sebab orang-orang Katolik Eropa membawa kebudayaan barat dan takut merusak budaya dan keindahan alam di Bali. Kebudayaan Bali sangat menarik dunia jangan sampai rusak.
Pater Johanes Kersten SVD menyewa sebuah gudang di jalan Kepundung no.2 dan kemudian dirombak menjadi semacam : sebuah Kapela dengan dinding gedeg dan sebuah pastoran disebelahnya untuk pelayanan beberapa orang-orang Katolik Belanda dan orang-orang Katolik Melayu. Kapela ini dipersembahkan dibawah perlindungan Hati Kudus Tuhan Yesus.
Setelah ± 2 bulan Pater Johanes Kersten SVD melayani di Denpasar, bulan Nopember 1935 Pater Johanes Kersten SVD mendapat kunjungan dua orang katekis Protestan, katekis CMA asal Tuka I Made Bronong dan I Wayan Diblug tamatan kursus Kemah Injil Makasar.
Dua orang katekis ini menjual buku-buku rohani dan Injil Perjanjian Baru dan mencari jawaban larangan bertemu dan berhubungan dengan orang yang berjubah putih (yakni pastor-pastor Gerreja Katolik).
Dalam pertemuan itu terjadi dialog yang serius. Dua orang katekis percaya akan ajaran Kristus yang dibawakan oleh Pater Johanes Kersten SVD seorang imam Katolik. Percaya akan kebenaran Injil dalam Gereja Kristen Katolik. 17 April 1936 kedua putra dari I Made Bronong dibaptis. Kelompok Gumbrih ikut tergabung dengan Gereja Katolik. 6 Juni 1936 I Made Bronong dan I Wayan Diblug dibaptis dengan nama Barnabas dan Timotius di Denpasar (Jalan Kepundung No.2)
2. Roh Tuhan berkarya
Dalam waktu 6 bulan Pater Johanes Kersten SVD mendapat 2 pengikut orang Bali, pengikut yang setia pada pewartaan. Kemudian ikut pula a.l Pan Paulus dari Batulumbung, Pan Maria dari Padang Tawang dan Pan Sarah dari Tuka. Pater Johanes Kersten SVD sangat bijaksana dan hati-hati, selalu menasehati jangan tergesa-gesa, pikir baik-baik sebelum ambil keputusan, banyak berdoa.
Hubungan orang-orang Kristen Katolik dengan orang-orang Bali di desa selalu harmonis, ikut menyama-braya, mesuka-duka kecuali dalam hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan. Suasana berjalan betul-betul rukun tetapi tetap ada hambatan-hambatan, tetapi yang membawa hikmat.
Misalnya terjadi ; I Mulat, 4 tahun sebelumnya sudah dibaptis oleh tuan R.A. Jaffray kemudian kembali ke agama Hindu. Pada suatu hari anaknya I Tumpleng jatuh sakit. Menurut ramalan orang pintar tak lama lagi I Tumpleng pasti mati. I Made Bronong membawa I Tumpleng ke Pater Johanes Kersten SVD diobati tetapi tetap sakit. Lalu I Tumpleng dipersembahkan kepada Tuhan, ia dibaptis dan ia sembuh. Lalu semua anak I Mulat dibaptis. I Mulat sendiri tetap Hindu.
12 Juli 1936 Pater Johanes Kersten SVD dituduh membaptis anak-anak kecil. Orang-orang Katolik di Tuka diminta menghadap ke Assisten Raja Badung. I Made Bronong dengan tenang, sopan santun dan hormat, berbahasa halus, penuh simpati menghadap Raja Badung. I Made Bronong ditanya mengapa menjadi Katolik. I Made Bronong menjawab ;
o Kami adalah orang-orang Kristen Katolik
o Kami sendirilah yang memanggil pastor ke kampung kami
o Kami sendiri yang meminta supaya diberi pelajaran agama
o Kami sendiri yang menyerahkan anak-anak kami untuk dibaptis
Dengan Peristiwa ini Gereja Katolik mendapat ijin mewartakan Injil ke dusun Tuka. Dispensasi dari undang-undang kolonial fasal 177. suatu tahapan yang amat penting dalam pewartaan Injil di Bali, basis baru di desa Tuka.
3. Kesehatan Pater Johanes Kersten SVD terganggu.
Pater Johanes Kersten SVD minta kepada regional agar dikirim tenaga baru ke Bali dan menganjurkan agar dikirim Pater Simon Buis SVD ke Bali. Sebelum berobat, tanggal 12 Juli 1936 Pater Johanes Kersten SVD mengadakan peletakan batu pertama untuk sebuah gereja Katolik di Tuka disaksikan oeh Pater van der Heyden SVD dan Pater Condrad SVD.
30 September 1936 Pater Simon Buis SVD tiba di Singaraja disambut oleh Pater Johanes Kersten SVD yang sudah kembali dari berobat di Eropa dan Amerika.
Tahun 1936 tanah dan kapela di jalan Kepundung No.2 dibeli oleh Pater Simon Buis SVD dengan harga 150 gulden dari pemiliknya I Made Regug. Dari sini pelayanan umat di kota Denpasar, kabupaten Badung dan kabupaten-kabupaten yang lain terus dilaksanakan, yaitu umat yang di diaspora, orang Katolik Eropa dan Melayu.
14 Oktober 1936 Pater Johanes Kersten SVD dan I Made Bronong ke Flores. Pembangunan gereja di Tuka dilanjutkan oleh Pater Simon Buis SVD dan dibangun pula sebuah pastoran dengan arsitektur Bali dengan kolam mengitari pastoran, pastoran terbuka kepada alam, angin, pohon-pohon dan air menyatu dengan alam.
14 Pebruari 1937 gereja di Tuka diberkati oleh Mgs. Abraham dari Michigan City – USA. Setelah gedung pastoran selesai dibangun, bulan Juni 1937 Pater Simon Buis SVD pindah ke Tuka. Pebruari 1938 Pater A. de Boer SVD, seorang imam tentara melayani umat di Singaraja.
Melalui pelayanan 3 missionaris SVD, Pater Johanes Kersten SVD, Pater Simon Buis SVD dan Pater A. de Boer SVD, tercatat jumlah orang Katolik di Bali, tahun 1939 ± 251 orang dan 97 katekumen.
Dari Tuka dilayani Tangeb, Padang Tawang, Pegending, Kulibul, Babakan dan Cemagi. Kemudian suatu migrasi umat dari Tuka dan sekitarnya dipimpin Pater Simon Buis SVD membuka hutan di daerah Jembrana yang sekarang dikenal dusun Palasari.
Dalam pewartaan Injil di Bali, para missionaris SVD selalu berpijak pada mempelajari budaya setempat, bahasa dll. Pater Johanes Kersten SVD mulai menterjemahkan Kitab Suci kedalam bahasa Bali. Beliau punya rencana menyusun sebuah buku yang memuat kisah; seluruh leselamatan memuncak pada Yesus Kristus kepenuhan janji. Yesus Kristus harus dikenal oleh masyarakat Bali sebagai jawaban atas seluruh kerinduan manusia akan keselamatan dengan pernyataan Yesus : Akulah Jalan Kebenaran kepada hidup. Seluruh Alkitab mau disusun dalam lajur cerita/ kisah penyelamatan oleh Yesus Kristus; sayang belum terwujud. Beliau menterjemahkan nyanyian-nyanyian untuk Liturgi dan doa-doa yang kita kenal dengan Pangebakti.
Disamping itu misi penginjilan Serikat Sabda Allah memperhatikan pula pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah, kesehatan dengan mendirikan balai pengobatan, poliklinik-poliklinik. Sangat memperhatikan pula arsitektur Bali dalam membuat pembangunan, khusus-nya rumah Ibadat, lengkap dengan simbol-simbol agama yang diterjemahkan kedalam seni budaya Bali.
C. Gereja Katolik di Bali juga menghadapi ujian-ujian dari Kerajaan alam kegelapan.
1. Sebelum mulai penginjilan oleh Gereja Katolik sudah dihadang oleh UU Kolonial fasal 177.
Injil tak terkalahkan, dengan caranya Tuhan sendiri membuka jalan bagi warta Injil.
2. Masyarakat Bali juga bereaksi terhadap penginjilan. Terjadi juga pengucilan terhadap penganut Yesus Kristus, di beberapa tempat umat tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan masyarakat Bali sekitar, orang-orang Kristen Katolik etnis Bali tidak dapat warisan, keluar dari lembaga subak, tak dapat kuburan dll. Tetapi umat Kristen, dalam Nama Yesus dapat menghadapinya dengan baik.
3. Jaman penjajahan Jepang (1042 – 1045)
Para gembala ditangkap dan ditahan/ ditawan ke Sulawesi (Parepare). Umat kehilangan gembalanya. Tetapi atas dorongan Roh, umat yang awam bangkit melayani, meneguhkan umat dan juga penginjilan berlanjut dan semakin berkembang.
Seperti yang dinyatakan oleh Yesus Kristus, gerejaNya tak akan dikalahkan oleh kuasa alam maut.
D. Basis pewartaan Injil di Denpasar Bali, jalan Kepundung No.2
Tanah di Jalan Kepundung yang telah disewa sejak 12 September 1935 dan gudang telah diubah menjadi semacam Kapela/ gereja dan sebuah pastoran disampingnya, dibeli oleh pater Simon Buis SVD pada tahun 1936 seharga 150 gulden dari pemiliknya I Made Regug.
Dari basis Gereja Hati Kudus Yesus – Jalan Kepundung terus dilaksanakan pelayanan pastoral dan pewartaan Injil untuk umat di kota Denpasar dan kabupaten Badung dan wilayah kecamatan Kuta, seperti ; Kuta, Nusa Dua dan Tanjung Benoa. Juga melayani umat Katolik di kabupaten yang lain seperti ; Gianyar, Bangli, Klungkung dan Karangasem.
Dari data historis kita lihat pelayanan pastoral dari Gereja Hati Kudus Yesus dari tahun ke tahun.
1935 – 1936 Pater Yohanes Kersten SVD
1936 – 1946 Pater Simon Buis SVD dibantu Pater de Beer SVD
1947 – 1948 Pater bernadus Blanken SVD
1949 – 1970 Pater J. Heyne SVD dibantu Pater Herman Embuiru SVD
Pada masa pelayanan Pater J. Heyne SVD Gereja Hati Kudus Yesus direnovasi tahun 1952. Dibangun gereja dengan arsitektur Bali dengan arsitek Ida Bagus Tugur dan Bruder Ignatius de Vrieze SVD, dan kemudian berganti pelidung dari Hati Kudus Yesus ke St. Yoseph. Gereja ini menjadi quasi Katedral pada jaman Prefektur Apostolik Bali-Lombok, Mgr. Hubertus Hermens SVD, jaman keuskupan Denpasar Mgr. Paulus Sani SVD, Mgr.A. H. Theyssen SVD, Mgr. Vitalis Djebarus SVD dan Mgr. Benyamin Bria Pr, sampai kemudian dengan terbangunnya gereja Katedral di Renon dan pemekaran paroki St. Yoseph ke paroki Roh Kudus Katedral Renon.
Pater J. Heyne SVD bersama Pater Herman Embuiru SVD sangat konsern dengan karya pendidikan dan mendirikan sekolah paroki dengan nama sekolah St. Yoseph dari TK sampai dengan SMA, mengusahakan pula untuk pelayanan kesehatan dengan mendirikan Panti Rahayu dan juga poliklinik di jalan Thamrin yang kemudian beralih menjadi asrama PMKRI.
Pater Herman Embuiru SVD dalam melayani kabupaten Badung, kecamatan Kuta, membeli sebidang tanah untuk rencana gereja dan pelayanan pastoral dimana sekarang berdiri Gereja St. Fransiskus Xaverius dan biara Nasareth, malah ada rencana dari Pater Herman Embuiru SVD untuk membangun sebuah universitas Katolik di Denpasar. Jaman Pater J. Heyne SVD juga dibeli tanah di jalan PB. Sudirman untuk rencana Katedral.
1970 – 1971 Pater Bernadus Blanken SVD, yang juga dengan jabatan Regional, membeli sebidang tanah di Kuta, sekarang berdiri Sekolah Soverdi, yang mula-mula recananya akan menjadi rumah Regional dengan fasilitas penginapan para tamu yang lewat di Bali.
1971 – 1976 Pater Paulus Boli Lamak SVD
24 Mei 1976 s/d sekarang Pater S. Subhaga SVD
- 18 Nopember 1972 Mgr. Paulus Sani SVD meninggal
11 Januari 1973 Mgr. Antonius Theyssen SVD diangkat sebagai Administrator Apostolik untuk Keuskupan Denpasar.
- Pater Subhaga SVD setelah ditahbiskan 9 Juli 1969 dan mulai tahun 1970 – 1973 dapat tugas di Palasari, nula-mula sebagai pastor pembantu, kemudian tahun 1971 – 1973 sebagai pastor paroki.
Tahun 1973 – 1976 dapat tugas studi di bidang Katakese di Yogyakarta
Tahun 1973 – 1974 ambil sanjana muda katakese (BA)
Tahun 1974 – 1976 ambil doktoral (sarjana penuh) katakese (Drs)
24 Mei 1976 – sekarang ditugasi di paroki St. Yoseph Denpasar sebagai pastor paroki, juga mendampingi Mgr. A. H. Theyssen SVD.
Bersama Mgr. A. H. Theyssen SVD pelayanan pastoral digariskan sebagai berikut ;
1. Gereja di Kotif Denpasar Kemudian Kodya Denpasar harus hadir mantap dalam konteks budaya Bali, yaitu : Nyatur desa. Ada paroki pusat, secara budaya ada paroki wilayah Timur, Barat, Utara dan Selatan. Sekurang-kurangnya menjadi 5 paroki. Lalu dijajagilah tahap demi tahap, karena pada watu itu kekurangan imam, maka wilayah pastoral Denpasar dibagi dalam wilayah-wilayah koordinator. Wilayah koordinator Denpasar Selatan, Denpasar Timur, Denpasar Utara/Barat. Sektor-sektor dikoordinir oleh ketua koordinator dibawah kerja sama dengan pastor. Sudah lengkap dengan pengurusan sebuah paroki, hanya tinggal tunggu adanya seorang pastor yang melayani.
Dijajagi pula untuk segera membangun paroki Katedral dengan pendirian sebuah gereja Katedral (Koordinator Denpasar Selatan/Timur) Dijajagi pula pendirian paroki diwilayah Koordinator Denpasar Barat/Utara. Dulu ada rencana cari tanah diluar wilayah BTN Monang-maning. Karena satu dua hal tidak jadi
Pelayanan di kecamatan Kuta ditingkatkan.
2. Kehadiran kita dalam kesaksian keselamatan, ambil bagian dalam kebangkitan Yesus Kristus. Direncanakan sebuah makam dalam bentuk candi kebangkitan. Ini saran pula dari Bupati Badung agar tanah makam dijadikan taman dan dengan konsekwensi kremasi terhadap jenasah-jenasah orang Katolik. Kita telah membuat suatu rencana dengan arsitektur Bali, filsafat dinegara Pancasila dan kosala-kosali Bali. Ini belum terwujud, kendala-kendala kedalam, kurang dimengerti atau alasan mahal.
Pembentukan sektor-sektor / kelompok basis yang mandiri dan missioner digalakkan.
3. Untuk peningkatan pelayanan pastoral, pelayanan orang-orang sakit. Tahun 1978 dimulai dengan pembentukan pelayanan Prodiakon Paroki, yang mula-mula amat ditentang pastor-pastor yang lain, tetapi kemudian dapat terbentuk dan sangat membantu pelayanan paroki dibidang sakramen/ sakramentali, pendalaman iman, pendalaman KS, doa-doa sektor dan lain-lain.
4. Mgr. A.H. Theyssen SVD bersama pastor Subhaga SVD membuat pula rencana, agar ditiap kabupaten gereja hadir. Harus ada tempat yang nyata kehadiran gereja. Maka dijajagi secara intensif pelayanan umat di diaspora, di kabupaten-kabupaten yang lain. Umat dikumpulkan, dilayani, mula-mula dari rumah ke rumah, kemudian kita mencari tanah untuk dapat mendirikan sebuah gereja dan sekolah, diawali dengan sekolah TK. Ini dapat berjalan dengan baik. Mgr. A.H. Theyssen SVD bersama pastor Subhaga SVD telah mencoba pula mendekati para bapak Bupati, minta agar dalam kabupatennya umat Katolik mempunyai pula tempat pemakaman sendiri. Pada waktu itu kita mendapat lampu kuning, tunggu sampai terbentuk jemaat dengan status gerejawi ; Stasi atau Quasi paroki atau Paroki;
Pelayanan berjalan baik pula pada waktu Mgr. Vitalis Djebarus SVD, kita lanjutkan peningkatan pelayanan di daerah diaspora, kabupaten-kabupaten bagian timur pulau Bali dengan pembelian tanah dan mendirikan tempat ibadah sederhana. Hal ini diperkuat lagi dengan kedatangan dua missionaris dari Perancis ordo Mission Pari, Pater Christian Grian MP dan Pater Moris le Cautour MP untuk melayani Karangasem – Klungkung dan Gianyar – Bangli. Status kedua wilayah ini waktu Mgr. Benyamin Bria Pr mendapat status Quasi Paroki.
Pelayanan ke kecamatan Kuta, Nusa Dua dan Tanjung Benoa, juga tetap diperhatikan. Mula-mula kita mendapat tempat pelayanan umat pada Gereja Eukumene di dekat Airport Ngurah Rai. Kemudian paroki mendirikan sebuah kapela dari gedeg, dimana sekarang berdiri biara Nasareth. Kemudian Mgr. Vitalis Djebarus SVD mendapat seorang penderma dari Jerman untuk mendirikan sebuah gereja lengkap dengan arsitektur gaya Jerman. Mula-mula saya, Pater Subhaga SVD keberatan, tidak mencerminkan bangunan di Bali. Penderma mengatakan kalau tidak mau, juga dana tidak diberi. Maka jadilah kompromi, didirikanlah gereja model kapal dari beton, gereja St. Fransiskus Xaverius Tuban, setelah selesai, kebetulan Pater Cor Smith SVD pensiun dari seminari Mataloko dan beliau berkenan tinggal di Kuta melayani gereja di Stasi Kuta, yang kemudian dihancurkan oeh Rm. H. Hadi Setiawan Pr diganti dengan gereja dan pastoran yang megah.
Pelayanan di daerah Tanjung Benoa, sejak tahun 1978 dapat perhatian, karena ada saudara-saudara kita dari Flores, p. Palue ada kerja sebagai penangkap penyu, berjumlah sekitar 121 orang. Kita layani dari tempat kos mereka ketempat kos lainnya. Umat Hindu di Tanjung keberatan. Lalu ada orang yang menawarkan sebidang tanah cukup luas, arah ke laut, luas sekitar ½ ha dengan harga ditawarkan sekitar Rp. 250.000,00 Saya Pastor Subhaga SVD amat intersan dengan itu. Kami ajukan kepada Bapak Uskup, beliau tak ada minat, suruh saja umat Tanjung beribadat ke Kepundung.
Pelayanan di Nusa Dua
Mula-mula mereka ke Kuta untuk beribadat dan tergabung dengan Stasi Kuta.
Kemudian ada rencana pemerintah membentuk komplek rumah ibadah di daerah Kampial. Mgr. Vitalis Djebarus SVD punya uang sekitar Rp. 250.000.000,00 beliau mula-mula merencanakan membuat kapela dekat jalan raya dengan serentak TPJ (Tempat Penitipan Jenasah). Saya katakan kepada beliau, orang Bali akan keberatan membawa jenasah lewat desa, lebih baik dana itu kita mulai dengan membuat ”Candi Kebangkitan” yang permanen dengan perut candi ada ruang untuk mrndoakan jenasah dengan misa kudus dll sebelum dikremasi.
Beliau tetap mendirikan TPJ. Kemudian pendirian gereja ditempat yang disediakan pemerintah di daerah Kampial, untuk Stasi Nusa Dua, yang kini diperbaharui menjadi sebuah gereja yang amat bagus, pada pelayanan Rm. Evensius Dewantoro Pr menjadi Paroki Maria Ratu Segala Bangsa, Nusa Dua.
Untuk pelayanan Paroki St. Yoseph, setelah dimekarkan kepada Paroki St. Petrus Monang maning dan Paroki Roh Kudus Katedral. Paroki St. Yoseph kini dengan umat kecil sebanyak 2.608, melayani 5 sektor dan 1 stasi yang termasuk wilayah kabupaten Gianyar, wilayah paroki dibagian Utara, belum tersentuh, banyak umat masih dalam situasi diaspora.
Untuk mengefektifkan pelayanan pastoral dan rencana pengembangannya, paroki merencanakan membuat sebuah sentrum pelayanan umat, dengan nama : ”Griya Bhakti Pastoral Paroki St. Yoseph Denpasar”; sebuah gereja dibawah pelindung : ”Yesus Gembala yang baik” dan rencana sebuah sekretariat paroki, dimana dibangun Pastoran, aula pertemuan, kantor paroki, ruang pembinaan iman anak-anak usia dini sampai remaja, pembinaan keluarga, pembinaan KS dengan perpustakaan, rumah/ ruang doa.
Dari sini paroki mau melaksanakan pelayanan pastoral ke wilayah utara, kalau Tuhan berkenan akan mencoba membeli membeli sebidang tanah untuk pemekaran paroki, juga ke wilayah Stasi St. Stephanus.
Kita percaya, kalau Tuhan berkenan, pasti akan terjadi, kalau kita umat paroki mau kerja sama dengan Tuhan, menghadirkan InjilNya yang menawarkan keselamatan-Nya, melalui Yesus sebagai ; Jalan, Kebenaran kepada Hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar